Selasa, 17 Oktober 2017

Teknik Pemeriksaan Lumbosacral pada Kasus Spondylosis Lumbal



BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam bidang penatalaksanaan teknik radiografi.
Di RSUD Lamaddukelleng sengkang terdapat beberapa teknik pemeriksaan yang di lakukan unit Radiologi yang berkisar pemeriksaan non kontras yaitu meliputi pemeriksaan ekstremitas, pelvis dan vertebra, thoraks, abdomen 3 posisi dan abdomen polos, kepala dan gigi geligi (panoramic).
Pemeriksaan lumbosacral adalah salah satu pemeriksaan radiologi tanpa menggunakan bahan kontras. Pada pemeriksaan lumbosacral terdiri dari dua jenis tulang yaitu lumbal dan sacrum. Dimana tulang lumbal terdiri dari 5 buah dan tulang sacrum terdiri dari 5 buah. Salah satu indikasi pada pemeriksaan lumbosacral yang sering terjadi adalah spondylosis.
Spondylosis lumbal merupakan penyakit degenerative pada corpus vertebra dan diskus intervertebralis yang ditandai dengan osteofit pada corpus vertebra tepatnya pada tepi inferior dan superior corpus. Osteofit pada lumbal dalam waktu yang lama dapat menyebabkan nyeri pinggang karena ukuran osteofit yang semakin tajam. Spondylosis lumbal menyebabkan nyeri lokal dan kekakuan atau dapat menimbulkan gejala-gejala spinal cord lumbar, cauda equina atau kompresi akar saraf lumbosacral. Spondylosis lumbal seringkali merupakan hasil dari osteoarthritis atau spur tulang yang terbentuk karena adanya proses penuaan atau degenerasi. Proses degenerasi umumnya terjadi pada segmen L4-L5 dan L5-S1. Kondisi ini lebih banyak menyerang pada wanita. Faktor utama penyebab spondylosis lumbal yakni : usia, obesitas, duduk dalam waktu yang lama, dan kebiasaan postur yang jelek, herediter, tipe tubuh, dan stress akibat aktivitas pekerjaan. Pada faktor usia menunjukan bahwa kondisi ini banyak dialami oleh orang yang berusia 40 tahun ke atas. Gejala yang sering muncul adalah nyeri pinggang, spasme otot, dan keterbatasan gerak ke segala arah. Keluhan nyeri pinggang pada kondisi spondylosis lumbal disebabkan oleh adanya penurunan space diskus dan penyempitan foramen intervertebralis. Hal tersebut dapat menghasilkan iritasi pada radiks saraf sehingga menimbulkan nyeri pinggang yang menjalar.
Proyeksi yang digunakan dalam pemeriksaan lumbo sacral di RSUD.Lamaddukkelleng adalah proyeksi Antero Posterior (AP) dan Lateral.
Berdasarkan hasil observasi atau pengamatan pada saat Praktek Kerja Lapangan (PKL) II di Instalasi Radiologi RSUD. Lamaddukkeleng Sengkang. Proyeksi sudah sesuai dengan teori. Akan tetapi, penulis ingin membahas lebih lanjut mengenai prosedur pemeriksaan yang dilakukan karena merupakan salah satu kasus yang jarang di dapat dan penting untuk diketahui secara luas baik dari segi teknik pemeriksaan itu sendiri, serta sejauh mana informasi diagnostik yang diperoleh dalam penggunaan teknik tersebut dalam rangka penegakkan diagnosis kasus yang saya sajikan dalam bentuk laporan yang berjudul “TEKNIK PEMERIKSAAN LUMBOSACRAL PADA KASUS SPONDYLOSIS LUMBAL”.

B.   Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang disajikan penulis, sebagai berikut :
1.    Bagaimana Teknik Pemeriksaan Lumbosacral pada Kasus Spondylosis Lumbal di Instalasi Radiologi RSUD. Lamaddukkeleng Sengkang?
2.    Bagaimana Hasil Radiografi Lumbosacral pada Kasus Spondylosis di Instalasi Radiologi RSUD. Lamaddukkeleng Sengkang?

C.   Tujuan Penulisan
Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) II di Instalasi Radiologi RSUD. Lamaddukkeleng Sengkang ini disusun dengan tujuan :
1.    Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas Praktek Kerja Lapangan (PKL) II yang dilaksanakn di Instalasi Radiologi RSUD. Lamaddukkelng Sengkang .
2.    Tujuan Khusus
a.    Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan spondylosis lumbal.
b.    Untuk mengetahui tujuan pemeriksaan Lumbosacral.
c.    Untuk mengetahui anatomi, fisiologi, dan patologi Lumbosacral.
d.    Untuk mengetahui teknik pemeriksaan Lumbosacral pada kasus spondylosis lumbal di Instalasi Radiologi RSUD. Lamaddukkelng Sengkang.
e.    Untuk mengetahui hasil radiografi pemeriksaan Lumbosacral.

D.   Manfaat Penulisan
1. Manfaat Praktis
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis serta memberikan informasi kepada pembaca mengenai pemeriksaan Lumbosacral dengan proyeksi Antero Posterior (AP) dan Lateral
2. Manfaat Ilmiah
Dapat menjadi sumber referensi untuk orang yang akan meneliti kasus tersebut
     3. Manfaat Institusi
Dapat dijadikan sebagai acuan literature atau bahan pustaka  bagi Mahasiswa ATRO mengenai Teknik Pemeriksaan Lumbosacral
     4. Manfaat Masyarakat
Dapat dijadikan sumber untuk memperluas ilmu pengetahuan tentang Teknik Pemeriksaan Lumbosacral

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.   Tinjauan Umum Tentang Lokasi PKL
1.    Gambaran Umum RSUD Lamaddukkelleng Sengkang
Pada tahun 1930 di Kabupaten Wajo didirikan sebuah asrama tentara belanda, sesuai asrama juga berfungsi sebagai Rumah Sakit. Rumah Sakit di Kabupaten Wajo berfungsi penuh dibawah pengawasan daerah Kabupaten Bone sampai tahun 1964. Sejak tahun 1964 sampai sekarang, telah berdiri sendiri menjadi Rumah Sakit Umum Sengkang, dan tidak berada dibawah pengawasan kab.Bone.
Rumah Sakit mengalami perbaikan dan rehabilitasi dengan dibangunnya satu ruangan rontgen pada tahun 1987. Demi peningkatan mutu pelayanan kesehatan maka pemerintah kabupaten Dati II Wajo mendirikan Rumah Sakit Umum pada tahun 1994 yang terletak di jalan Kartika Chandra Kirana Kel. Maddukkelleng Kec.tempe yang sebelumnya terletak di jalan Ahmadyani , sedangkan gedung RSU yang lama difungsikan sebagai Institusi pendidikan tenaga kesehatan yaitu Sekolah Perawat Kesehatan ( SPK ) PEMDA Tk.II Wajo.
Berdasakan SK.MENKES RI NO. 359/MENKES/SK/1994 tanggal 28 April 1994 Rumah Sakit Umum Sengkang ditinggalkan tipenya dari D ke C,  begitupula namanya berubah menjadi Rumah Sakit Umum Lamaddukkelleng Sengkang dengan Luas 52.824 m2  dan diresmikan pemakaiannya oleh gubernur Sulawesi selatan pada tanggal 3 September 1994.
Sejak berdirinya RSUD Lamaddukkelleng telah mengalami beberapa pergantian direktur sebagai berikut :
a.  dr Mahler
b.  dr.H.M. Sanusi Karateng
c.  dr.M Badwi
d.  dr.widiarta T.J.Widya Utama
e.  dr.sofyan Syamsudin
f.   dr.H.Abdul Azis M.,M.kes
g.  dr.Hj.Relaty Sri Rejeki, M.kes
h.  dr.H.Baso Rahmanuddin, MM, M.kes
i.    dr.H.Muhammad Nur Tangsi S.ked
2.    Gambaran Umum Unit Radiologi RSUD Lamaddukkelleng Sengkang
Pada tahun 1987 adalah masa berdirinya unit instalasi radiologi di RSUD Lamaddukkelleng Sengkang Kab.Wajo, direktur RSUD Sengkang saat itu dipimpin oleh dr.H.M. Sanusi Karateng.
Dan sekarang direktur RSUD Lamadukkelleng Sengkang dipimpin Dr.H. Muhammad Nur Tangsi S.ked, dan Kepala Instalasi Radiologi di kepalai oleh Dr. H. Mustamin M.Kes.Sp.Rad, dan Kepala ruangan Andi Muhammad Fahmi AMR. Adapun petugas radiographer, yakni : Nasaruddin S.ST, Hastina Amd.Rad., Erma Yuliani Amd.Rad, Besse Rosneni Amd.Rad, Nurul Mutmaina Amd.Rad, Jumriani Amd.Rad, Jumriana Amd.Rad, Besse Ervi Yuliana Amd.Rad sedangkan bagian Administrasi Reski Fadilah, Suhadirman, Fuji Pratiwi SE.
Instalasi Radiologi RSUD.Lamaddukkelleng Sengkang memiliki falsafah tempat pengalaman iptek bidang radiologi dengan mengupayakan pelayanan prima dan terunggul , dan memiliki tujuan seperti membantu dalam penegakan diagnosa, mengamalkan dan mengembangkan iptek bidang radiologi, mendukung tercapainya visi RSUD Lamaddukkelleng Sengkang kabupaten wajo dengan tercapainya juga menjadi instalasi radiologi yang prima dan terunggul pada tahun 2014 , yang memiliki MOTTO sehat, puas, dan bahagia adalah harapanku karena kami akan melayani dengan hati yang ikhlas
Adapun pembagian ruangannya, antara lain sebagai berikut :
a.  Ruangan Administrasi
b.  Ruang USG
c.  Kamar pemeriksaan
d.  Ruang Operator
e.  Kamar Gelap
f.   Ruang Pengeringan film
g.  Kamar Petugas
h.  Ruang Tunggu Pasien
i.    Ruang Ganti
j.    Toilet
Keseluruhan pesawat yang ada di Instalasi Radiologi RSUD.Lamaddukkelleng Sengkang :
1.    Pesawat sinar-x konvensional 1 buah
2.    Pesawat sinar-x mobile 3 buah
3.    Pesawat Panoramik 1 buah
4.    Pesawat USG 2 buah

B.   Tinjauan Umum Tentang Anatomi, Fisiologi, dan Patologi
1.    Anatomi Lumbosacral
Lumbosacral merupakan bagain dari tulang vertebra yang terdiri dari dua jenis tulang yaitu tulang lumbal dan tulang sacrum. Diamana tulang lumbal terdiri dari 5 buah dan tulang sacrum terdiri dari 5 buah.
a). Vertebra Lumbal
Vertebralis lumbalis atau ruas tulang pinggang adalah yang terbesar. Badannya lebih besar dibandingkan badan vertebra lainnya dan berbentuk seperti ginjal. Prosesus spinosusnya lebar, tebal, dan berbentuk seperti kapak kecil. Prosesus transversusnya panjang dan langsing. Apophyseal joint dari lumbal lebih ke posterior dari coronal plane, artikulasi ini dapat dilihat dengan posisi oblik. Foramen intervertebralis dari lumbal berada ditengah dari sagittal plane. Vertebra lumbal terdiri dari dua komponen yaitu komponen anterior yang terdiri dari korpus, sedangkan komponen posterior yaitu arkus vertebralis yang terdiri dari pedikel, lamina, prosesus transverses, prosesus spinosus dan prosesus artikularis. Setiap dua korpus vertebra dipisahkan oleh discus intervertebralis dan ditahan serta dihubungkan satu dengan yang lain oleh ligamentum. Foramina vertebralis lumbalis berbentuk segitiga, ukurannya sedikit lebih besar dari milik vertebra thorakalis tapi lebih kecil dari vertebra servikalis.
Bagian bawah dari medulla spinalis meluas sampai foramen vertebra lumbalis satu, foramen vertebra lumbal lima hanya berisi kauda equine dan selaput–selaput otak.
Prosesus transversus berbentuk tipis dan panjang kecuali pada vertebra lumbal lima yang kuat dan tebal. Berukuran lebih kecil daripada yang terdapat pada vertebra thorakalis. Prosesus spinosus berbentuk tipis, lebar, tumpul dengan pinggir atas mengarah ke arah bawah dan ke arah dorsal. Prosesus ini dapat diketahui kedudukannya dengan cara meraba atau palpasi. Prosesus artikularis superior merupakan facies artikularis yang cekung dan menghadap posteromedial, sebaliknya fasies artikularis inferiornya cembung dan menghadap ke antero lateralis.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGSRbg1wc3liRlF1IPZ9cFfTg7-4f6pCjYsno6NrhoOvhbeax6pkU83zxcRyC9t-0esRMK8Dyx5ngSpXOncV424Zq_zr2hi1wu7aPqmNTVQSlBvA0ADA-DX2p893IpNZWgV_8QpMoLoEc/s320/lumbal-300x260.jpg                                                                                        








     Gambar 1. Vertebra Lumbal
b). Sakrum
Sakrum atau tulang kelangkang berbentuk segitiga dan terletak pada bagian bawah kolumna vertebralis, terjepit diantara kedua tulang inominata (atau tulang koxa) dan membentuk bagian belakang rongga pelvis (panggul). Dasar dari sacrum terletak di atas dan bersendi dengan vertebra lumbalis kelima dan membentuk sendi intervertebral yang khas. Tepi anterior dari basis sacrum membentuk promontorium sakralis. Kanalis sakralis terletak dibawah kanalis vertebralis (saluran tulang belakang) dan memang lanjutan dari padanya.
Dinding kanalis sakralis berlubang-lubang untuk dilalui saraf sacral. Prosesus spinosus yang rudimenter dapat dilihat pada pandangan posterior dari sacrum. Permukaan anterior sacrum adalah cekung dan memperlihatkan empat gili-gili melintang, yang menandakan tempat penggabungan kelima vertebra sakralis. Pada ujung gili-gili ini, disetiap sisi terdapat lubang-lubang kecil untuk dilewati urat-urat saraf. Lubang-lubang ini disebut foramina. Apex dari sacrum bersendi dengan tulang koksigeus. Di sisinya, sacrum bersendi dengan tulang ilium dan membentuk sendi sakro-iliaka kanan dan kiri.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9tIC4KpDs7qH_NC6v0PGa2st0r9XmBku6eM4u_bCUVMdrFa7OOhHdmzy8KoX0-HoMXC_zRayDV3oG9eK6bBS7r-xQvYVvmojinR_aJnx22SpKPW7lD1e6sfB0Y-mADq7Q-coUUIvk9mI/s320/SAK.jpg
 







                 
Gambar 2. Vertebra Sacrum
2.    Fisiologi
Vertebra lumbosakral merupakan bagian dari tulang belakang/kolumna vertebralis yaitu susunan tulang-tulang kecil yang dinamakan ruas tulang belakang. Fisiologi dari kolumna vertebralis adalah sebagai berikut :
a).   Menyalurkan berat kepala, ekstrimitas atas dan batang badan  
      pada tulang panggul.
b).   Melindungi medula spinalis serta selaput otaknya yang
      mempunyai tempat di kanalis vertebralis (melindungi jaringan tubuh)
c).   Menghasilkan gerakan-gerakan serta          menjadi tempat
      lekat dari otot-otot.
3. Patologi Lumbosacral
a). Spondylosis
Spondylosis lumbal merupakan penyakit degenerative pada corpus vertebra atau diskus invertebralis. Kondisi ini lebih banyak menyerang pada wanita. Faktor utama penyebab spondylosis lumbal adalah usia, obesitas, duduk dalam jangka waktu yang lama dan kebiasaan postur yang jelek. Pada faktor usia menunjukan bahwa kondisi ini banyak dialami oleh orang yang berusia 40 tahun ke atas.
Spondylosis lumbal seringkali merupakan hasil dari osteoarthritis atau spur tulang yang terbentuk karena adanya proses penuaan atau degenerative. Gejala yang sering muncul adalah nyeri pinggang, spasme otot, dan keterbatasan gerak kesegala arah hingga gangguan fungsi seksual. Keluhan nyeri pinggang pada spondylosis lumbal disebabkan oleh adanya penurunan space diskus dan penyempitan foramen intervertebralis, hal ini dapat menghasilkan iritasi pada radiks saraf sehingga menimbulkan nyeri pinggang yang menjalar. Faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan spondylosis lumbal, sebagai berikut :
1). Usia
 Beberapa penelitian pada osteoarthritis telah menjelaskan bahwa proses penuaan merupakan faktor resiko yang sangat kuat untuk degenerasi tulang khususnya pada tulang vertebra.
2). Stres akibat pekerjaan
 Seperti aktivitas pekerjaan yang lebitakan gerakan mengangkat, twisting, membungkuk, dan membawa/memindahkan barang.
3). Obesitas
Orang yang gemuk dengan sendirinya juga memberi beban lebih pada sendi di ruas tulang punggung sehingga meningkatkan kemungkinan terkena spondylosis.
4). Faktor genetik (herediter)
5). Tipe tubuh
6). Duduk dalam waktu yang terlalu lama
7). Kebiasaan postur yang jelek
                    Bila degenerasi terjadi pada sendi antar ruas-ruas tulang belakang, maka terjadi penipisan dan sendi ruas tulang merapat satu sama lain, sehingga tinggi badan biasa berkurang. Jaringan di dalam sendi antar ruas tersebut biasa menonjol ke luar (hernia discus). Penderita spondylosis akan merasa nyeri di punggung akibat penekanan struktur tersebut ke jaringan sekitarnya. Hernia discus juga dapat menekan ke dalam sum-sum tulang belakang sehingga menimbulkan gangguan saraf baik motorik, sensorik, maupun otonom sehingga mengakibatkan gangguan sensori seperti : kesemutan, mati rasa ; gangguan otonom seperti : berkeringat, gangguan buang air besar maupun kecil. Proses degenerasi juga dapat menimbulkan penipisan rawan sendi dan penonjolan tulang yang disebut osteophyte (pengapuran), sehingga otot dan jaringan penunjang sekitarnya dapat teriritasi oleh tonjolan tulang tersebut dan penderita akan merasakan nyeri dan kaku.
               Adapun Perubahan patologi yang terjadi pada diskus intervertebralis antara lain :
1). Annulus fibrosus menjadi kasar, collagen fiber cenderung melonggar dan muncul retak pada berbagai sisi.
2).  Nukleus pulposus kehilangan cairan
3).  Tinggi diskus berkurang
                    Perubahan ini terjadi sebagai bagian dari proses degenerasi pada diskus dan dapat menyebabkan adanya tanda-tanda dan gejala. Sedangkan pada corpus vertebra terjadi perubahan patologis berupa adanya lipping yang disebabkan oleh adanya perubahan mekanisme diskus yang menghasilkan penarikan dari periosteum dari annulus fibrosus. Pada ligamentum intervertebralis dapat menjadi memendek dan menebal terutama pada daerah yang sangat mengalami perubahan. Osteofit terbentuk pada margin permukaan articular dan bersama-sama dengan penebalan kapsular dapat menyebabkan penekanan pada akar saraf dan mengurangi lumen pada foramen intervertebralis.
b). HNP (Hernia Nukleus Pulposus)
HNP adalah gangguan yang terjadi akibat adanya penonjolan (hernia) bantalan (nucleus pulposus) di cakram antar ruas tulang belakang (diskus). HNP umumnya terjadi akibat cedera yang merobekan kannulus fibrosus.
c). LBP (Low Back Pain)
LBP meruapakan rasa nyeri, ngilu, pegal yang terjadi di daerah pinggang bagian bawah. LBP menurut perjalanan kliniknya dibedakan menjadi 2 yaitu :
1). Acute LBP
Rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba, rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu.
Acute LBP dapat disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh.
2). Chronic LBP
Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang berulang-ulang atau kambuh kembali. Chronic LBP dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan tumor.
d). Spondilolistesis
Adalah kondisi dari spina dimana salah satu dari vertebra tergelincir ke depan atau ke belakang dibanding pada vertebra berikutnya.
e). Spina Bifida
Spina bifida adalah catat lahir yang mana ditandai dengan terbentuknya celah pada tulang belakang bayi. Kelainan ini dipicu oleh pembentukan tulang belakang yang tidak sempurna pada bayi selama dalam kandungan.

C.   Tinjauan Umum Teknik Pemeriksaan
Pada pemeriksaan lumbosacral terdapat dua proyeksi, yaitu proyeksi Antero Posterior (AP) dan Lateral.
1.    Proyeksi Antero Posterior (AP)
a). Posisi Pasien                    :   pasien tidur telentang di atas meja pemeriksaan
b). Posisi Objek                    :    pusatkan mid sagital tubuh pasien ke garis tengah grid. Atur bahu dan pinggul pasien agar berbaring di bidang horizontal yang sama. Letakkan tangan di atas dada.



c). Arah Sinar                         :      tegak lurus bidang film
d). Titik Pusat                         :      selevel L4
e). FFD                                   :     90-100 cm
f). Ukuran Kaset                     :     30 x 40 cm
g). Kriteria Gambar        :       Tampak tubuh lumbal, ruang intervertebral, ruang interpedikulat, lamina, dan prosessus spinosus dan transverse.



 

2.    Proyeksi Lateral
a). Posisi Pasien                  :       pasien lateral recumbent
b). Posisi Objek                    :   sejajarkan bidang coronal tubuh ke garis tengah grid dan pastikan vertikal. Dengan siku pasien tertekuk, atur lengan yang tergantung pada sudut kanan tubuh. Untuk mencegah rotasi, atur lutut dengan menempatkan kantung kecil diantara keduanya.




c). Arah Sinar                       :     tegak lurus bidang film
d). Titik Pusat                        :     setinggi L4
e). FFD                                   :     90-100 cm
f). Ukuran Kaset                   :     30 x 40 cm
g). Kriteria Gambar               :   Tampak interspace lumbal, prosessus spinosus, dan sambungan lumbal, foramina intervertebral L1-4, foramina intervertebral L5 (kanan dan kiri).





 
D.   Tinjauam Umum Tentang Proteksi Radiasi
Proteksi Radiasi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan teknik kesehatan lingkungan yaitu tentang proteksi yang perlu diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang terhadap kemungkinan diperolehnya akibat negatif dari radiasi pengion. 
Filosofi proteksi radiasi yang dipakai sekarang ditetapkan oleh Komisi Internasional untuk Proteksi Radiasi (International Commission on Radiological Protection, ICRP) dalam suatu pernyataan yang mengatur pembatasan dosis radiasi, yang intinya sebagai berikut: 
1. Suatu kegiatan tidak akan dilakukan kecuali mempunyai keuntungan yang positif dibandingkan dengan risiko, yang dikenal sebagai asas justifikasi
2. Paparan radiasi diusahakan pada tingkat serendah mungkin yang bisa dicapai (as low as reasonably achievable, ALARA) dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial yang dikenal sebagai asas optimasi
3. Dosis perorangan tidak boleh melampaui batas yang direkomendasikan oleh ICRP untuk suatu lingkungan tertentu, yang dikenal sebagai azas limitasi
Konsep untuk mencapai suatu tingkat serendah mungkin merupakan hal mendasar yang perlu dikendalikan, tidak hanya untuk radiasi tetapi juga untuk semua hal yang membahayakan lingkungan. Mengingat bahwa tidak mungkin menghilangkan paparan radiasi secara keseluruhan, maka paparan radiasi diusahakan pada tingkat yang optimal sesuai dengan kebutuhan dan manfaat dari sisi kemanusiaan. 
a).  Proteksi radiasi untuk masyarakat umum :
1).  Nilai batas dosis radiasi untuk masyarakat umum adalah 5 mSv/tahun atau 1/10 dari pekerja radiasi.
2). Nilai batas dosis untuk penyinaran lokal adalah 50 mSv (5 rem) / tahun selain lensa mata 15 mSv (1,5 rem) / tahun.
3).  Pengantar pasien atau perawat tidak diperbolehkan berada di dalam ruang pemeriksaan pada waktu eksposi.
4).  Bangunan instalasi radiologi dirancang sedemikian rupa sehingga radiasi hambur dapat diserap.
b). Proteksi radiasi untuk pasien :
1). Membatasi luas lapangan penyinaran.
2).  Gunakan apron untuk melindungi gonad pasien.
3)      Mengatur dosis radiasi sesuai kondisi obyek yang akan diperiksa/meminimalisasi dosis radiasi.
4)      Memposisikan pasien dengan benar sehingga dapat mengurangi terjadinya pengulangan pemotretan.
c). Proteksi radiasi untuk pekerja radiasi :
1). Nilai batas dosis pekerja radiasi adalah 50 mSv/tahun atau (5 rem)/ tahun.
2).  Pekerja radiasi tidak dibenarkan memegang pasien selama eksposi.
3). Hindari penyinaran bagian-bagian yang tidak terlindungi.
4).  Pemakaian sarung tangan, apron yang berlapis Pb dengan tebal 0,5 mmPb.
5). Gunakan alat pengukur radiasi.
6).  Periksa perlengkapan-perlengkapan yang akan digunakan apabila ada kemungkinan bocor/rusak.


BAB III
METODE PEMERIKSAAN

A.   Tempat dan Waktu Pemeriksaan
Tempat pemeriksaan yaitu di ruang instalasi radiologi RSUD. Lamaddukkelleng Sengkang tepatnya pada siang hari pukul 11:12 WITA di dalam ruang pemeriksaan pada tanggal 09 Juni 2017.

B.   Kronologis Riwayat Pasien
Pasien datang dari poli interna ke Instalasi Radiologi pada hari Jumat, 09 Juni 2017 pukul 11:12 WITA, dibawa oleh perawat dan didampingi oleh pihak keluarga menggunakan brangkar.
Pasien dalam keadaan non koperatif merasakan keluhan sakit di pinggang yang dialami sejak sebulan terakhir akibat jatuh dari tangga. Surat pengantar dari dokter spesialis saraf, dr. Ibrahim Arifin, M.Kes. Sp.S menunjukan permintaan foto Lumbosacral dengan posisi Antero Posterior (AP) dan Lateral.

C.   Persiapan Pasien
Pada pemeriksaan Lumbosacral tidak membutuhkan persiapan khusus, pasien hanya diinstruksikan untuk melepaskan benda-benda asing yang berada di sekitar objek yang akan difoto agar tidak menimbulkan bayangan/gambaran radiopaque pada hasil radiograf, serta pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak pada saat pengeksposan karena akan menimbulkan unsharpness.

D.   Prosedur Kerja
1.    Mencatat data pasien pada buku registrasi radiologi
2.    Memanggil pasien masuk ke dalam ruang pemeriksaan
3.    Menjelaskan kepada pasien tentang pelaksanaan pemeriksaan
4.    Pasien diinstruksikan untuk melepskan benda-benda yang bisa mengganggu saat pemeriksaan yang sampai mengakibatkan dokter salah mendiagnosa
5.    Mempersiapkan dan memasang kaset ukuran 30 x 40 cm di atas meja pemeriksaan
6.    Memposisikan pasien dengan menggunakan proyeksi Antero Posterior (AP) dan Lateral
7.    Mengatur faktor eksposi
8.    Melakukan processing film menggunakan automatic processing
9.    Hasil radiograf dibaca oleh dokter radiologi



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.   Hasil Pemeriksaan Laporan Kasus
1.    Data Pasien
a.    Nama                               :   Tn. Y
b.    Umur                                :   36 tahun
c.    Jenis Kelamin                :   Laki-laki
d.    Alamat                              :   Bungawae, Kec. Pitumpanua
e.    No. Rekam Medis          :   17106885
f.     Dokter Pengirim             :   dr. Ibrahim Arifin, M.Kes. Sp.S
g.    Klinis                                :   Susp. HNP
2.    Persiapan Alat dan Bahan yang Digunakan
a.    Pesawat X-Ray
1). Merek                          :   DONGMUN
2). Model/Type                :   DM-3125MR
3). Nomor Seri                :   806D-1334
4). kV Maksimum           :   125 kV 
5). mA Maksimum          :   300 mA
b.    Kaset
1). Merek                          :   Fuji Flm
2). Jenis                           :   Green Sensitive
3). Ukuran                       :   30 x 40 cm
c.  Film
1). Merek                          :   Fuji Film
2). Jenis                           :   Green Senstitive
3). Ukuran                       :   30 x 40 cm
d.  Grid
e.  Marker
f.  Mesin Processing            :   AFP Imaging (Automatic Processing)


 





  


 
                                              Gambar 7. Pesawat Sinar-X                               
                             (Doc. RSUD.Lamaddukkelleng Sengkang, 2017)


 












Gambar 8. Kaset Ukuran 30 x 40 cm
(Doc. RSUD. Lamaddukkelleng Sengkan, 2017)


 











      Gambar 9. Film Ukuran 30 x 40 cm
       (Doc. RSUD. Lamaddukkelleng Sengkang, 2017)


 






     Gambar 10. Grid Ukuran 30 x 40 cm
    (Doc. RSUD. Lamaddukkelleng Sengkang, 2017)


 









        Gambar 11. Marker
      (Doc. RSUD. Lamaddukkelleng Sengkang, 2017)


 











      Gambar 12. Mesin Automatic
      (Doc. RSUD. Lamaddukkelleng Sengkang, 2017)
3.    Teknik Pemeriksaan
a.    Pengertian
Teknik pemeriksaan lumbosacral adalah teknik yang dilakukan dalam pemeriksaan tulang belakang (vertebrae) menggunakan sinar-X untuk memperlihatkan kelainan pada tulang belakang khususnya lumbosacral dalam menegakkan diagnosa.
b.    Tujuan
Tujuan pemeriksaan radiologi pada kasus spondylosis, yaitu :
1). Untuk melihat gambaran anatomi dari lumbosacral
2). Untuk melihat gambaran lokasi spondylosis pada lumbal
c.    Indikasi Pemeriksaan
1). Spondylosis
2). HNP (Hernia Nukleus Pulposus)
3). LBP (Low Back Pain)
4). Spondilolistesis
5). Spina Bifida
d. Kontra Indikasi : Ibu hamil
e. Proyeksi
1). Proyeksi Antero Posterior (AP)
a). Tujuan Proyeksi AP        :     Mendapatkan radiograf dari  lumbal, ruang diskus intervertebralis, ruang interpediculate, lamina, processus spinosus, processus transversus dan
                                                       sakrum.
b). Posisi Pasien                   :     pasien supine di atas meja
c). Posisi Objek                     :   MSP tegak lurus bidang meja dan kedua tangan di samping tubuh


 






Gambar 13. Proyeksi Antero Posterior (AP) Pemeriksaan Lumbosacral
(Doc. RSUD. Lamaddukkelleng Sengkang, 2017)

d). Arah Sinar (CR)               :    vertikal tegak lurus bidang film
e). Titik Pusat (CP)                :    satu jari di bawah umbilicus
f). FFD                                     :    90 cm
g). Kolimasi
a. Batas Atas                    :    prosessus xhypoideus
b. Batas Bawah                :    simphisis pubis
h). Faktor Eksposi                  :    kV (85), mA (100), mAs (32)
i). Processing Film                 :    automatic prosessing         
2). Proyeksi Lateral
a). Tujuan Proyeksi Lateral   :     Untuk mendaptakan radiografi  lumbal, prosessus spinosus, persimpangan lumbosacral, foramen intervertebralis dan sacrum.
b). Posisi Pasien                   :    pasien tidur miring ke arah sisi
                                                            yang diperiksa
c). Posisi Objek                     :   MSP tubuh tegak lurus kaset. Pelvis dan tarsal true lateral dengan Kedua tangan di atas kepala 


 








  Gambar 14. Proyeksi Lateral Pemeriksaan Lumbosacral
 (Doc. RSUD. Lamaddukkelleng Sengkang, 2017)

d). Arah Sinar                         :    vertikal tegak lurus bidang film
e). Titik Pusat                         :    setinggi crista iliaca
f). FFD                                     :    90 cm
g). Kolimasi
1). Batas Atas                   :     prosessus xhypoideus
2). Batas Bawah              :    simphisis pubis
h). Faktor Eksposi                 :    kV (95), mA (100), mAs (32)
i). prosessing Film                 :    automatic prosessing
4.    Analisis Radiografi
a.    Hasil Radiograf








 







    Gambar 15. Hasil Radiograf Pemeriksaan Lumbosacral
    (Doc. RSUD. Lamaddukkelleng Sengkang, 2017)

b.    Kriteria Gambar
1). Proyeksi Antero Posterior (AP)
a). Tampak vertebrae lumbal dan sacrum dalam posisi true Antero Posterior (AP)
b). Tampak space intervertebral, prosessus spinosus dalam satu garis pada vertebra
c). Tampak prosesus transversus kanan dan kiri berjarak sama
d).  Tampak marker R
2).  Proyeksi Lateral
a). Tampak foramen intervertebralis L1-L4
b). Tampak corpus vertebrae, space intervertebralis
c). Tampak prosessus spinosus dan L5-S1
c. Hasil Interpretasi Dokter
1). Aligment kurva lordotic lumbosacral baik
2). Tidak tampak tanda lestesis dan destruksi tulang
3). Osteofit pada cv. L3-L5
Kesan  :   spondylosis lumbal
d. Kelebihan dan Kekurangan Hasil Foto
1). Dapat memperlihatkan gambaran anatomi tulang lumbal dan sacrum
2).  Dapat memperlihatkan spondylosis lumbal
3).  Kolimasi dan prosessing film kurang baik
 4).  Peletakkan marker proyeksi Antero Posterior (AP) terpotong

B. Pembahasan Laporan Kasus
Teknik pemeriksaan lumbosacral adalah pemeriksaan secara radiologi dengan menggunakan sinar-x  untuk mendiagnosa adanya kelainan pada daerah lumbal dan sacral. Prosedur Pemeriksaan Lumbosacral pada Kasus Spondylosis Lumbal di RSUD. Lamaddukkelleng Sengkang, pada dasarnya sama dengan teknik pemeriksaan yang dijelaskan di teori. Salah satu proyeksi yang dijelaskan di buku tersebut adalah proyeksi Antero Posterior (AP) dan Lateral.
Pada tanggal 09, Juni 2017 telah dilakukan pemeriksaan Lumbosacral dengan kasus Spondylosis Lumbal di RSUD. Lamaddukkelleng Sengkang menggunakan proyeksi Antero Posterior (AP) dan Lateral. Dimana proyeksi Antero Posterior (AP) dengan central point (CP) pada titik tengah satu jari dibawah umbilicus, menggunakan FFD 90 cm, faktor eksposi kV : 85, mA : 100, dan mAs : 32 menggunakan kaset ukuran 30 x 40 cm. Pada proyeksi ini bertujuan untuk melihat jarak antarvertebrae, prosessus spinosus dalam satu garis pada vertebra, prosessus transversus kanan dan kiri berjarak sama.
Proyeksi Lateral dengan central point (CP) selevel crista iliaca, menggunakan FFD 90 cm, faktor eksposi kV : 95, mA : 100, mAs : 32  menggunakan kaset ukuran 30 x 40 cm. Pada proyeksi ini berguna untuk melihat foramen intervertebralis L1-L4, corpus vertebrae, space intervertebrae, prosessus spinosus dan L5-sakrum1.
Pencucian film di instalasi radiologi RSUD.Lamaddukkelleng Sengkang menggunakan automatic processing.
Dengan struktur gambar anatomi yang terlihat pada hasil radiograf tampak gambaran tulang lumbal sampai sacrum dengan batas atas pada prosessus xhypoideus dan batas bawah pada shimpisis pubis, terlihat spondylosis pada L3-L5.
Spondylosis lumbal merupakan penyakit degenerative pada corpus vertebra dan diskus intervertebralis yang ditandai dengan osteofit pada corpus vertebra tepatnya pada tepi inferior dan superior corpus yang disebabkan oleh : usia, obesitas, duduk dalam waktu yang lama, dan kebiasaan postur yang jelek, herediter, tipe tubuh, dan stres akibat aktivitas pekerjaan
Adapun hasil radiograf lumbosacral yang tampak pada kasus spondylosis lumbal di instalasi radiologi RSUD.Lamaddukkelleng Sengkang, yaitu tampak ostefoit pada L3-L5.


BAB V
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Dari pembahasan laporan kasus, penulis menarik kesimpulan, sebagai berikut :
        1.    Spondylosis lumbal merupakan penyakit degenerative pada corpus vertebra dan diskus intervertebralis yang ditandai dengan osteofit pada corpus vertebra tepatnya pada tepi inferior dan superior corpus yang disebabkan oleh : usia, obesitas, duduk dalam waktu yang lama, dan kebiasaan postur yang jelek, herediter, tipe tubuh, dan stres akibat aktivitas pekerjaan. Proyeksi yang digunakan pada pemeriksaan lumbosacral pada kasus spondylosis lumbal di instalasi radiologi RSUD. Lamaddukkelleng Sengkang  menggunakan proyeksi Antero Posterior (AP) dan proyeksi Lateral.
        2.    Berdasarkan hasil radiograf tampak spondylosis lumbal pada L3-L5

B.   Saran
1.    Perlunya penjelasan tentang prosedur pemeriksaan pada pasien dengan bahasa yang mudah dimengerti agar penderita paham maksud dan tujuan dari pemeriksaan yang akan dilakukan.
2.    Hendaknya mampu memposisikan pasien senyaman mungkin dan mengambil gambar dengan tepat sehingga dapat meminimalkan terjadinya pengulangan foto. Serta mampu menghasilkan gambaran radiograf yang diagnosanya dengan ditegakkan dengan akurat oleh dokter ahli radiologi.
3.    Upayakan agar kolimasi atau luas lapangan penyinaran dibatasi untuk mengurangi radiasi yang diterima pasien.
4.    Sebaiknya lebih memperhatikan proteksi radiasi agar mengurangi radiasi yang diterima petugas, pasien,  dan masyarakat umum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar